Ketahuilah…
Sekalipun dia tak pernah menginginkanmu
Dia hanya benci sendiri,
Ke angkuhannya, Butuh ditemani,
Dan Hatinya,
Butuh disanjung atas berbagai kisah perih
Yang pernah dia lewati.
Mari kita telaah lebih jauh,
Suatu hubungan, Indah.
Bila yang terjadi adalah saling,
Bukan sekedar yang paling.
Kau dan dia,
Sadar untuk menjalani peran,
Dengan aktif dan partisipatif.
Setiap cerita, kejadian, gagasan,
mimpi, pencapaian, hingga lelah seharian.
Kau dan dia bergantian mengisi kesepian.
Saat menangis tertampunglah air mata,
Begitu pula saat bahagia, terbagi dengan bijaksana.
Tidak ada yang berlebihan,
Semua terbagi secara optimal,
Tanpa mengerdilkan potensi hangatnya kebersamaan.
Lalu…
Bila kau ketahui tidak pernah ada kesempatan
Yang sama, saat kau dan dia duduk di satu meja,
Sudah sepantasnya kau bunyikan sirine tanda bahaya,
Saking serinya kau ada untuknya,
Sehari tak direpotkan,
seperti ada yg kurang,
Kau mulai menanyakan kabarnya,
Dia tanggapi dengan menanyakan posisi.
Kau sudah siap berangkat, lalu dia menghilang lagi.
Ini yang paling menyita logika berpikirku,
Kenapa bisa ada seseorang yang mengajak bertemu,
Begitu sudah siap untuk ditemui,
Tiba-tiba dia tidak bisa dihubungi ?
Itu kenapa ?
Kok ada sih orang-orang yang memainkan
Khawatir sebegitu hebatnya ?
Heh
Apa ?
Hmmm
Suap-suapan?
Ehhhh…
Saling sentuh hidung ?
Hmmm
Cubit pipi ?
Hehehe
Membaca garis tangan masing masing ?
Ah saling menatap lama sambil tersenyum, wah !
Senggol-sengol manja
Hehehe
Itu hanya ada di sekitarmu.
Sudahlah…
Dia hanya benci sendiri,
Bukan ingin di lengkapi.
Bagaimana ?
Nikmat bukan, rasanya bertahan, dalam kesakitan ? Mantap betul !!!
Hebat loh itu hatimu,
bisa bertahan begitu lama,
Menyaksikan,
Tumbuh kembang, sakitnya…
Tunas muncul,
Bunga semerbak harum,
Matang buah sedap nan ranum.
Kau yang merawat ñya, menyirami setiap hari
Tanpa mengeluh,
Memupuk dengan sabar,
Membanggakan ke setiap orang .
Kau unggah di instastories,
Kau kicaukan di twitter,
Kau jadikan kebanggaan di path,
Hingga tiba waktu panen. Kau memetiknya.
Namun bukan kau yang merasakan manisnya.
Dia tidak mencintaimu.
Dia tidak mencintaimu.
Dia hanya sedang kesepian,
Dan kebetulan ada kamu.
Nyatanya bukan kau ‘kan,
Yang selama ini,
Dia ceritakan sebagai kesayangan.