Ada hari-hari ketika segalanya terasa berat, dan langkah yang biasanya tegap menjadi goyah. Perasaan samar, pudar, dan nanar menggelayuti langkah kaki menelusuri Loring gelap. Semua terasa kabur, kehilangan warna, dan menyesakkan dada. Samar yang menghantui pikiran. Hal tampak sederhana pun seketika menjadi rumit.

Layaknya cat yang luntur, energi dalam diri terkikis oleh rutinitas dan masalah yang datang bertubi-tubi. Kini semua hilang makna. Nanar dalam binar yang dipaksakan. Bingung dan hilang kendali atas diri sendiri. Kepala terasa berat, hati terasa kosong, dan dunia seolah berputar terlalu cepat untuk diikuti. Diri tak lagi mampu terkendali. Teringgok lelah dalam jiwa yang berkecamuk. Perang dengan ego diri yang tak berhasil membujuk ikhlas. Mengurus semua energi tanpa henti.

Ingin beri ruang pada diri, namun waktu tak bisa kompromi. Terus melesat bagai kilat. Refleksi diri pun tak lagi mampu meregulasi. Menumpuk, berserakan, bertebaran terbawa arus.

Perlahan membisiki diri, malam akan selalu berganti pagi, dan setiap kabut akan selalu tersapu angin. Lelah adalah tanda bahwa diri sedang berjuang. Dan perjuangan itu, sekecil apa pun, adalah bukti bahwa diri ini masih melangkah maju. Jika hari ini terasa samar, pudar, dan nanar, mungkin waktunya beristirahat. Karena esok adalah hari baru yang membawa harapan. Wahai diri, kamu tidak sendiri. Mari kita melangkah kembali dengan pasti. Terima kasih wahai diri ku untuk semua yang sudah kita lalui.

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.