Tulisan ini hanya ungkapan kesedihan saya yang awam ini. Tepatnya kekhawatiran terhadap fenomena yang kadang mengecoh di tengah masyarakat. Semangat menutup aurat sesuai syar’i memang semakin memuncak. Namun kini seperti menjadi ajang pergeseran fashion, dari terbuka menjadi lebih tertutup. Sebuah fenomena yang cukup baik.
Ceritanya dipicu dari kejadian siang tadi di sebuah pusat perbelanjaan. Minggu ini, saya sengaja mengajak anak-anak keluar rumah sambil mencari kebutuhan dapur. Saya berniat mengajak anak-anak berhibur dengan permainan di pusat perbelanjaan itu.
Sampai di tempat yang dituju, anak-anak mulai sibuk mencari permainan yang mereka minati. Saya duduk sambil memperhatikan mereka. Sengaja saya mengambil tempat pojok, agar telinga sedikit lega dari polusi suara.
Mata saya tertuju pada segerombol gadis remaja yang berbusana sangat rapi dengan kepala dan wajah tertutup rapat. Subhanallah, hati saya terkagum melihat mereka. Sungguh pemandangan yang luar biasa di tengah meriahnya hotpants zaman sekarang. Saya mengalihkan pandangan kembali mengawasi anak-anak yang sudah asyik bermain. Tak berapa lama, telinga saya kaget mendengar suara tawa cekikikan sahut menyahut. Masya Allah, ternyata suara itu datang dari segerombol gadis remaja tadi. Mereka sedang bergoyang mengikuti salah satu permainan disana. Goyangan yang tak pantas dipertontonkan di khalayak umum. Hati saya miris melihat kejadian itu. Mereka terus saja mengikuti gerakan dari layar permainan. Pemandu gerakan tak berbusana normal, dengan musik yang tak jelas.
Seketika kekaguman saya berubah jadi miris. Pemandangan seperti ini yang terkadang jadi tameng agama lain untuk mendeskriditkan Islam. Mereka belum tersentuh Islam yang seutuhnya. Mungkin mereka belum paham, busana itu bukan sekedar trend, tapi lebih dari itu. Busana muslimah itu menjaga kualitas diri. Menghindarkan diri dari pandangan mata yang bukan hak nya.
Saya memang tidak suka berada disini. Hanya sesekali kami ke tempat begini, jika ada yang dicari. Atau sekedar melepas penat nya rutinitas. Miris hati menyaksikan kejadian tersebut. Beginilah fenomena syar’i yang dipertontonkan di jaman modern ini. Anak remaja berhijab rapi, tapi gangguan lingkungan tidak bisa dihindarkan. Dunia pendidikan mati-matian mengajarkan akhlak, tapi media umum menghancurkan akhlak. Boleh jadi, generasi kita akan menjadi makhluk sekuler yang rapuh dan gamang. Inilah yang dikehendaki dunia, kehancuran akhlak dan moral bangsa kita.
Belum lagi kasus ibu-ibu yang disibukkan dengan dunia kerja. Sehingga anak-anak remaja ini terlepas dari pengawasan. Banyak orang tua yang mencari aman menitipkan anak dan menyerahkan tanggung jawab mendidik anak ke lembaga pesantren dan sekolah- sekolah terbaik. Tanpa memperhatikan sisi psikologis anak. Remaja yang sedang mencari jati diri, masih samar tentang kebenaran. Apalagi di tengah jaman fitnah ini. Kebenaran menjadi yang dipersalahkan. Yang menyimpang seolah benar dan lurus, karena dibungkus dengan kuantitas yang meraja.
Hati saya semakin teriris menyaksikan fenomena di depan mata ini. Mereka bercengkrama santai, tertawa cekikikan, dan colek-colek an dengan teman lelaki. Astaghfirullahal adzhim….semoga saja segerombol remaja itu adalah saudara kandung. Walau sepertinya tak mungkin.
Ingin saya tegur langsung mereka, tapi niat itu saya pendam dalam-dalam. Saya memilih selemah-lemahnya iman. Hanya beristighfar dan memanjatkan doa, semoga anak-anak yang Allah amanah kan pada saya dijaga dari pergaulan yang tak terjaga. Ditetapkan langkahnya dalam cahaya iman dan Islam. Lindungi anak-anak hamba ya Allah.
Pelajaran berharga buat saya, agar menjauhkan anak-anak dari lingkungan seperti ini. ..
Semakin menjamurnya hijab dan pakaian syar’i, semakin mengaburkan pemahaman masyarakat tentang busana yang memenuhi tuntutan syari’at yang sebenarnya. Tantangan bagi muslimah untuk terus mengkaji ajaran Islam tentang busana yang menutupi aurat. Syar’i masa kini belum tentu syar’i menurut syariat Islam. Tidak hanya hal berbusana, begitu juga halnya dengan segi kehidupan yang lain.
Wassalam…