Dua perempuan terindah

0
411

25 Maret 2018 menjadi hari terakhir hadir beliau di hidup saya. Beliau memenuhi panggilan terindah dari sang pemilik kehidupan. Pilu menghujam jantungku mendengar kabar duka dari Abah di kampung. Apalah daya badan jauh di rantau orang. Nanar mata menatap tanpa arah. Berkecamuk jiwa dalam rindu yang tak berkesudah. Inilah pukulan telak yang menghancurkan semua ketegaran hidup. Lembut tulang mengenang semua kisah bersama beliau. Sesal hati tak menemani saat saat terakhir beliau. Takdir tak bisa ditolak, beliau telah mencapai batas kontrak di dunia. Tinggalkan pilu yang menyiksa.

Setelah 6 tahun ibunda meninggalkan kami, rasa hati baru ikhlas kemarin. Allah memanggil perempuan terbaik berikutnya. Allah sangat menyayangi perempuan-perempuan terbaik dalam kehidupan saya. Sakit lebih menghujat di banding kepergian ibunda. Saat ibunda berpulang, saya berpikir masih ada nenek yang menemani. Tapi sekarang semua sudah pulang, ke tempat terbaik sang pemilik jiwa. Doa terbaik untuk keduanya.

Di usia berkepala 8, nenek pergi dengan senyum terindah. Menyisakan tangis yang tak terbendung. Penyesalan tak bisa merawat beliau di usia senja nya. Entah mengapa hati lebih perih tak Terperi. Tak lagi ada yang menyambut ketika pulang. Tak ada lagi yang kan menunggu ku datang ketika libur sekolah. Tak ada lagi yang kan membangunkan aku tengah malam. Nenek, selamat jalan, jasa mu tak kan terbalas, raga mu tak kan terganti. Walaupun jasad mu tak lagi bersama kami, tapi hati mu selalu dekat. Ajaran dan didikan mu telah melekat. Semoga menjadi amal jariah mu. Tenanglah bersama kasih sang Maha cinta.

Buku ini menceritakan tentang perjuangan dua orang perempuan hebat. Selalu tegar ditengah himpitan hidup. Demi memperjuangkan pendidikan anak dan cucunya. Buku ini layak dibaca bagi kita semua sebagai pembangkit semangat menggapai mimpi dan harapan.

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.