Mengenali diri sendiri adalah kunci meningkatkan kompetensi diri. Setiap individu unik dengan potensi dan kecenderungan bawaan yang berbeda. Dalam proses mengenali diri sendiri, kita akan menemukan kekuatan dan kelemahan, gaya belajar yang dominan, minat yang membara, dan bakat terpendam yang mungkin belum tersentuh.

Mengenali diri sendiri adalah seperti membuka pintu menuju ruang bawah sadar kita, tempat di mana potensi tersembunyi dan tujuan sejati kita bersemayam. Kesadaran akan potensi kita membuka jendela menuju peluang baru dan pertumbuhan yang tak terbayangkan sebelumnya.

Dengan mengenali diri sendiri, kita mampu mengidentifikasi bidang keahlian kita, memahami gaya belajar yang paling cocok, dan mengasah bakat-bakat terpendam yang dapat memimpin kita menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Itu juga membantu kita mengenali apa yang membuat kita bersemangat, apa yang membentuk nilai-nilai kita, dan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita. Selamat mengidentifikasi diri.

Pengelompokkan Gaya Belajar

Gaya belajar yang sering kita gunakan tak terlepas dari karya Neil D. Fleming, seorang pendidik dan penulis asal Selandia Baru. Pada tahun 1987, Fleming mengembangkan model pembelajaran VARK, yang merupakan singkatan dari Visual, Auditory, Reading/Writing, dan Kinesthetic. Meskipun model VARK menyertakan kategori Reading/Writing yang merujuk pada preferensi belajar melalui membaca dan menulis, yang lebih dikenal adalah tiga gaya belajar utama yaitu visual, kinestetik, dan auditori yang sering kali menjadi fokus utama dalam pembahasan gaya belajar.

Jadi, berdasarkan model VARK, pengelompokkan empat gaya belajar adalah:

  1. Visual: Preferensi untuk belajar melalui gambar, grafik, dan diagram. Pembelajar visual cenderung mengingat informasi lebih baik ketika ada elemen visual yang mendukung.
  2. Auditori: Lebih suka belajar melalui pendengaran, seperti mendengarkan ceramah, diskusi, atau materi yang diucapkan. Pembelajar auditori lebih mudah memproses informasi yang didengarkan.
  3. Reading/Writing: Lebih nyaman dengan pembelajaran melalui membaca teks dan menulis catatan atau rangkuman. Pembelajar ini mencatat dan mengulangi informasi dalam bentuk tulisan.
  4. Kinestetik: Gaya belajar ini menekankan pada pengalaman fisik dan langsung. Pembelajar kinestetik belajar lebih baik melalui praktek, simulasi, dan kegiatan yang melibatkan gerakan tubuh.

Tak lupa kembali kita ingat bahwa “Individu itu Unik”, masing-masing memiliki preferensi gaya belajar yang berbeda atau kombinasi dari beberapa gaya belajar. Penting bagi setiap individu untuk menyadari gaya belajarnya sendiri agar dapat mengoptimalkan cara belajar yang paling efektif untuk mencapai hasil terbaik dalam proses pembelajaran.

kategori Reading/Writing dapat masuk ke dalam gaya belajar visual atau auditori, tergantung pada bagaimana informasi disajikan dan diproses oleh individu. Jika seseorang lebih suka belajar melalui membaca teks dan menulis catatan, maka kemungkinan besar dia akan masuk ke dalam gaya belajar visual. Dalam hal ini, dia mungkin lebih suka melihat informasi dalam bentuk tulisan, diagram, atau grafik, yang akan membantu mempermudah pemahamannya. Namun, jika individu tersebut lebih suka mendengarkan materi yang dijelaskan secara lisan atau berpartisipasi dalam diskusi, dia dapat lebih cocok dengan gaya belajar auditori. Dalam hal ini, pendengaran menjadi preferensi utamanya untuk memproses informasi dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Penting untuk diingat bahwa dalam dunia nyata, banyak orang memiliki kombinasi dari beberapa gaya belajar. Sehingga, seseorang dapat memiliki preferensi untuk membaca dan menulis (Reading/Writing) serta gaya belajar visual atau auditori secara bersamaan. Oleh karena itu, dalam praktiknya, mengidentifikasi gaya belajar seseorang dapat melibatkan lebih dari tiga gaya belajar untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap dan akurat.

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.