Guru penggerak menjadi gambaran ideal bagi seorang guru yang diharapkan menjadi agen perubahan di dunia Pendidikan. Pembelajaran dalam pendidikan guru penggerak membangun pengalaman yang baru. Materi tentang budaya positif misalnya. Dengan mempelajari ini, saya perlahan belajar menerapkan konsep-konsep inti nya seperti disiplin positif, memahami motivasi perilaku manusia berkaitan dengan hukuman dan penghargaan, posisi kontrol seorang guru, pembuatan keyakinan kelas/sekolah dan penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah.

Hal pertama yang saya pelajari adalah tentang disiplin positif. Cara ini mengajarkan murid bertanggung jawab dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan  nilai-nilai kebajikan, motivasi nya berasal dari internal, bukan akibat paksaan, pujian, atau hukuman. Murid menyadari penuh bahwa hal yang mereka lakukan adalah control dalam diri, segala Tindakan mereka disadari sebagai sebuah kebutuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Selain itu, saya juga mencoba mulai menerapkan prinsip motivasi perilaku manusia. Motivasi awal dari murid biasanya hanya untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. Saya mulai menanamkan bahwa motivasi itu tingkatan paling mudah dan tidak perlu banyak usaha. Saya mengajak murid untuk meningkatkan motivasi mereka bertahap, dengan imbalan atau penghargaan. Setelah itu, saya coba menjelaskan bahwa penghargaan ini tidak cukup berharga. Ada motivasi yang lebih hebat dan kuat, yang mana motivasi ini akan membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih keren, yaitu motivasi untuk menjadi seseorang yang mereka inginkan, menjadi sosok terhebat yang mereka impikan, yaitu seseorang yang menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini. Ini dasar perilaku terhebat yang menuntun kesadaran diri, bukan karena penghargaan atau imbalan dari eksternal. Karena manusia tidak selamanya bisa menghargai usaha orang lain, tapi diri sendiri harus selalu menghargai dan meyakini nilai-nilai yang dimiliki.

Pendekatan Restitusi

Pada modul ini juga, saya mempelajari Program disiplin positif yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol. Guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Ada 5 posisi kontrol yang diterapkan oleh seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

Guru berperan penting menyadarkan murid untuk menjadi manajer bagi dirinya sendiri. Dengan mengacu kepada restitusi, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Tugas guru sebagai manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Guru membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Kembalikan murid ke kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat. Kolaborasi guru dengan murid untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Guru dengan tulus mengajukan pertanyaan bermakna, membuka pikiran murid, menuntun murid menyelesaikan masalahnya secara mandiri dan tanggung jawab. Murid senantiasa melakukan refleksi atas tindakannya hingga memperoleh motivasi intrinsic yang menjadi landasan perilakunya.

Peran guru sebagai pemimpin pembelajaran, mengawali pembelajaran dengan membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas ini berpihak pada semua murid, merupakan kesepakatan yang diyakini dan dijalankan secara bersama. Keyakinan kelas atau sekolah berupa pernyataan universal yang mudah  diingat, dipahami dan harus diterapkan dalam lingkungan sekolah. Keyakinan ini yang menjadi dasar perilaku dan penerapan aturan dalam kelas tersebut.

Pelajaran yang saya dapat lainnya tentang segitiga Restitusi. Segitiga restitusi ini merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi atas masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Guru yang berperan sebagai manajer akan menggunakan sefitiga restitusi dalam penyelesaian masalah melalui tiga tahapan, yaitu menstabilkan identitas, memvalidasi Tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan. Tujuannya adalah menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab. Penguatan karakter ini akan menjadi pelajaran sepanjang hayat bagi murid.

Pengalaman belajar modul budaya positif sangat memberikan nuansa emosi baru sebagai seorang guru. Emosi Bahagia, sedih dan bercampur aduk mewarnai kilas balik memori selama menjadi guru. Terutama pada bagian posisi kontrol seorang guru. Selama ini saya merasa sudah memberikan yang terbaik buat murid saya. Ternyata saya salah, saya masih sering menekan perasaan murid, kadang membuat murid merasa bersalah, bahkan menghukum mereka dengan dalih pendisiplinan. Setelah mempelajari modul ini, saya tersadar bahwa Tindakan saya mendisiplinkan murid salah besar. Saya memang sering menjadi teman mereka, tapi belum menerapkan segitiga restitusi untuk memperbaiki kesalahan murid. Seringkali saya menutupi kesalahan mereka agar mereka bisa Kembali diterima di komunitas nya. Seharusnya saya melakukan segitiga restitusi agar kesalahan menajdi pelajarn berharga dan membangun karakter diri yang lebih kuat bagi murid-murid saya.

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.