Sebelum mempelajari modul 1.4, saya sering memberikan penghargaan pada murid yang melakukan perilaku terpuji, berprestasi dan hukuman bagi murid yang melanggar tata tertib sekolah. Modul 1.4 budaya positif mengajarkan banyak hal berharga yang merubah pola pandang saya terhadap persoalan. Saya memahami murid manusia biasa yang menjadi tempat nya salah dan lupa. Kesalahan bukan untuk dipertajam, justru kesalahan menjadi pelajaran untuk berubah menjadi lebih baik. Hukuman tidak menjadi alternatif mendisiplinkan murid.

Segitiga restitusi yang dapat merubah kesalahan menjadi pelajaran berharga. Selain itu, pelajaran itu menetap secara sadar dalam diri murid, sehingga berguna bagi kehidupan mereka di masa mendatang. Perasaan saya setelah melakukan segitiga restitusi adalah merasa senang dan termotivasi. Saya tidak perlu lagi mengkhawatirkan murid yang bersalah, tenggelam dalam rasa bersalah nya. Penghargaan tidak lagi menjadi motivasi perubahan perilaku murid, namun lebih di atas itu semua, perubahan perilaku karena kesadaran dalam diri untuk menjadi seseorang yang mereka impikan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka Yakini. Sebelum mempelajari modul ini, saya sering berada pada posisi teman dan merasa bersalah. Saat ini saya berupaya pada posisi pemantau dan manager selama mendampingi murid belajar. Kebahagian saya rasakan saat mendampingi murid mau mengakui kesalahan tanpa rasa takut dan termotivasi dari dalam untuk memperbaiki kesalahan mereka.

Disiplin positif dijalankan dalam mewujudkan visi guru yang berpihak pada murid, menggerakkan dan menumbuhkan nilai-nilai kebajikan budaya bangsa yakni nilai profil pelajar Pancasila. Visi tersebut memberikan gambaran yang jelas dalam menentukan langkah-langkah positif. Nilai guru penggerak yang mandiri, reflektif, kolaboratif, berpihak pada murid, inovatif dan peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran, coach guru lain, kolaborasi dijalankan stimultan untuk mengimbaskan budaya disiplin positif pada komunitas sekolah dan menginisiasi perubahan sekolah.

Upaya pengimbasan nilai-nilai tersebut membutuhkan dukungan dan kolaborasi tim pemangku kebijakan sekolah, baik itu kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, orang tua, murid, tokoh masyarakat dan lingkungan belajar murid. Hal yang perlu dibiasakan adalah peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran. Guru juga harus berlatih menerapkan posisi manager, melakukan restitusi dan membuat keyakinan sekolah secara Bersama dalam komunitas praktisi. Karena menjadi guru adalah tugas berat yang mulia. Tidak berhenti hanya di dunia, akhirat pun menjadi perhitungannya. Saya akan melaksanakan kegiatan aksi nyata dalam upaya pengimbasan pada rekan sejawat sebagai langkah awal mewujudkan pembelajaran yang menghamba pada murid melalui internalisasi budaya disiplin positif dengan pendekatan restitusi yang mampu mengakselerasi terwujudnya kesepakatan kelas, tertuang dalam Prakarsa perubahan yang pada akhirnya terealisasi dalam visi sekolah dengan nilai-nilai kebajikan di dalamnya

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.