Koneksi Antar Materi Modul 1.4: Budaya Positif

0
955

Segitiga Restitusi

Segitiga restitusi sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah. Proses ini membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah. Proses penyelesaian masalah dengan 3 cara yaitu; menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Perilaku yang salah dikaitkan dengan nilai-nilai/keyakinan yang telah disepakati, kesediaan orang yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki, pemecahan masalah relevan dengan masalah yang ada, perlu usaha perbaikan dari pihak yang berbuat kesalahan, berikan waktu kepada pihak yang berbuat kesalahan untuk memperbaiki masalah.

Restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Setelah mengikuti pelatihan ini guru mampu menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka. Guru menganalisis sikap reflektif dan kritis terhadap penerapan disiplin positif di lingkungannya.

Segitiga Restitusi adalah proses dialog yang dijalankan guru/orangtua agar menghasilkan murid yang percaya diri, mandiri, dan bertanggung jawab. Penerapan segitiga restitusi dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, guru berada pada posisi manajer, mengembangkan motivasi intrinsik murid melaui penanaman nilai-nilai kebajikan menjadi kebiasaan positif dan berkarakter lalu menjadi budaya positif. Langkah-langkah pada segitiga restitusi: 1) Menstabilkan identitas; berprinsip membuat kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. 2) Validasi tindakan yang salah; berprinsip setiap perilaku berupaya memenuhi kebutuhan dasar tertentu. 3) Menanyakan keyakinan; Perilaku yang telah di validasi dan mengaitkan keyakinannya dengan tindakan yang salah.

Saya sebagai guru jadi berpikir, manajemen diri guru sangat berpengaruh pada alur pembentukan budaya positif dan karakter murid. Bagaimana mungkin terbentuk karakter diri murid yang kuat saat guru nya sendiri masih sibuk dengan tingkat kematangan emosi yang rendah? Bagaimana bisa membangun budaya positif, dimana lingkungan kerja guru yang tidak menerapkan hal itu? Selain itu juga, budaya masyarakat sangat rentan mendistorsi budaya yang di bangun di sekolah. Pertanyaan serupa menjadi berkeliaran mencari jawab nya.

Seiring perkembangan zaman, perubahan budaya harusnya tidak merubah nilai nilai kebajikan yang tertanam dalam diri seseorang. Guru sebagai penguat pondasi pemahaman murid, yang nanti akan terjun ke masyarakat. Guru yang harus kokoh memberikan penguatan-penguatan atas perilaku mereka saat pembelajaran. Tantangan kemajuan industri dan teknologi hendaknya tidak membawa murid terbawa arus. Pondasi nilai dan peran yang mereka pahami secara sadar sebagai pribadi yang merdeka baik sebagai individu atau masyarakat akan memberikan sikap tegas dan bertanggung jawab.Alternatif solusi terhadap tantangan zaman tersebut adalah dengan tetap berpegang teguh pada prinsip nilai-nilai kebajikan yang di Yakini sebagai kesepakakatan Bersama yang disusun secara sadar dan merdeka.

Hal yang menarik di luar dugaan saya yaitu disiplin berarti belajar memotivasi diri dari dalam, bukan berupa tata tertib atau aturan. Teori motivasi dan kebutuhan dasar manusia sebagai acuan guru atas perilaku murid. Keyakinan kelas perlu dibuat untuk mengganti tata tertib kelas. Keyakinan kelas berasal dari keinginan bersama tim. Penghargaan dan hukuman dapat menurunkan kualitas dan kreativitas murid, harus diganti dengan restitusi yang berpihak pada murid. Restitusi yang menyadarkan diri murid bahwa kesalahan itu wajar, tapi harus dipertanggungjawabkan untuk menghargai nilai diri sendiri. Guru harus mendampingi dan membimbing murid agar bisa belajar dari kesalahan dan mengambil hikmah ilmu guna kehidupan yang berkualitas.

Perubahan pada diri saya, untuk membentuk budaya positif di kelas maupun sekolah bentuk peraturan sekolah diubah menjadi keyakinan sekolah. Sistem stimulus respon perlu diganti menjadi sistem kontrol pemantau dan manager. Perubahan kontrol penghargaan dan hukuman menjadi restitusi akan mengakselerasi terciptanya budaya disiplin positif.

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.