AKHIR DAN AWAL LANGKAH PANJANG

0
281

Pagi yang sendu menyambut ragu langkah di pelataran sekolah. Tenda penuh ornamen warna warni sudah memenuhi setiap sudut lapangan bola, dimana acara prosesi wisuda dan pelepasan siswa akan segera berlangsung. Setiap mata sudah sibuk mencari posisi nama yang ditempelkan di kursi. Sedangkan saya masih menikmati keriuhan pagi itu dari kejauhan. Lalu lalang orang tak mengurangi kegundahan ku di pagi ini.

Gundah melepas tunas-tunas muda yang siap tumbuh. Akhir sekaligus awal langkah panjang menatap dunia. Galau gulana tak mampu ku tepis dengan sumringah nya senyum. Entah karena apa… Seharusnya tak perlu seperti ini, karena dunia sudah menanti mereka, mereka akan tangguh dan berjaya, sangat yakin. Tapi, hati seorang ibu tetaplah meragu dalam linangan doa pada Nya. Nak, ku titip cinta pada dunia

Sulit untuk menyembunyikan beratnya hati melepas mereka ke dunia luar. Ingin lebih lama lagi saling menemani berbagi kisah. Namun, mereka harus segera melanjutkan perjalanan merangkai takdir di tempat berbeda. Siap atau tidak, waktu telah menggariskan ketentuanNya. Segera ku tepis bayangan kekhawatiran tanpa menghiraukan perasaan yang terus berkecamuk dengan berbagai pertanyaan.

Titipan Zaman

Mereka adalah titipan zaman, singgah sementara untuk melengkapi kisah mengambil hikmah. Walau berat menyeret langkah, segera harus beranjak pergi melanjutkan kisah. Mengawali perjuangan mengukir mimpi-mimpi yang sering kami ceritakan penuh harap. Mimpi-mimpi sederhana mungkin bagi orang lain, tapi, tidak bagi kami. Butuh perjuangan dan pengorbanan yang hanya kami yang paham.

Dalam kecamuk hati yang belum berhenti, ku posisikan diri di barisan rekan-rekan sejawat, tamu undangan dan para orang tua atau wali yang sudah siap menghadiri prosesi wisuda. Tak lupa Ku lambaikan tangan ke arah barisan d’frenscor di sudut podium yang berbeda. Sebagai tanda kehadiran ku di hari bahagia mereka. Walau berat hati dan banyak cerita yang belum terjawab. Waktu tak lagi mengijinkan untuk banyak tanya tentang jalan takdir. Tugas kita hanya menjalani takdir kehidupan penuh ikhlas tanpa alasan. Saatnya mengakhiri dan mengawali langkah panjang mu, wahai titipan zaman.

Pelepasan

Kemeriahan acara di pagi ini melarutkan sesaat semua kegundahan kami. Tapi, hati ini masih terus mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu. Terbayang jelas kegamangan mereka menuntun kaki melangkah melanjutkan kisah. Kemana hendak melanjutkan perjalanan? Diskusi panjang kami yang tak sengaja di sudut kelas yang sudah dirapikan untuk persiapan USBN. Entah mengapa berbagai pertanyaan mereka bagai petir di siang hari. Sangat mengejutkan bagi saya. Bagaimana saya harus menjelaskan pada mereka? Sementara kapasitas dan pengalaman hanya seumur jagung. Saya belum siap, tapi dipaksa harus siap. Saya pun baru mengawali langkah disini, semua masih sangat baru dan asing buat ku. Pilu rasa hati tak tertahan, apa yang bisa ku lakukan? Waktu sangat singkat

Keteledoran yang tak seharusnya terjadi. Wajar jika mereka bingung tak terkira di hari itu. Sehingga sampai saat itu, belum ada satupun yang mengambil kesempatan kuota sekolah untuk mendaftarkan diri bersaing dengan pelajar lain lewat jalur prestasi. Kegamangan mereka menentukan jurusan. Keterbatasan informasi tentang deskripsi setiap jurusan perkuliahan. Semua telah menahan keberanian mereka mengambil kesempatan bersaing. Hal ini cukup memukul telak semua kepercayaan diri ku, apa yang sudah ku berikan untuk bekal mereka? tangis hanya berhenti di pelupuk mata. Tak sepatah katapun bisa kuucap. Dalam diam hanya doa yang mampu terucap. Berani…hanya itu kunci melangkah mengawali cerita baru perjalanan ini.

Bagaimana kita bisa mengetahui kemampuan kita, jika kita tak pernah mencoba?

Diskusi Sederhana

Kala itu, siswa dipulangkan awal waktu untuk persiapan Ujian Sekolah. Saat bel berbunyi tiga kali, tanda pulang sekolah, membubarkan kerumunan siswa di lingkungan sekolah. Entah mengapa, D’frenscor masih betah di dalam kelasnya. Rasa penasaran membawa langkahku menghampiri mereka yang sedang terdiam dalam lamunan masing-masing. Ada apa gerangan? Biasanya mereka pasti sudah melesat bak anak panah yang dilepaskan dari busurnya, jika mendengar bel panjang seperti itu. Pasti ada sesuatu yang tidak biasanya.

Apa yang telah membuat wajah “tak serius” mereka penuh kecemasan? Jarang sekali saya menemukan ekspresi mereka yang seperti ini. Saya mencoba memecah keheningan dengan berbagai obrolan santai. Sampai pada akhirnya mereka mulai mengalirkan berbagai pertanyaan tentang gundah yang dirasa. Apa yang harus mereka pilih? Kuliah atau kerja? Jika kuliah, jurusan apa yang sesuai dengan mereka. Bagaimana cara mengetahui bakat dan minat? Lalu bagaimana menyesuaikan nya dengan penjurusan di kuliah nanti?. Jika kerja, bagaimana mencari kerja yang layak dengan ijazah SMA? Serta banyak lagi pertanyaan lain seputar masa depan mereka.

Saya paksakan diri menemani diskusi dengan pengetahuan seadanya. Mengandalkan pengalaman di jaman masih mahasiswa dulu. Menyesal mengapa harus dadakan seperti ini? Tapi Sesal tak pernah di awal. Semoga saja bisa menjadi pengalaman untuk memperbaiki prosesnya nanti. Celoteh polos mereka menyadarkan ku bahwa ada mekanisme yang salah. Perlu penyempurnaan informasi bagi mereka untuk memilih lanjutan langkah, agar tak gamang hati berpijak. Setelah panjang lebar berdiskusi, akhirnya mereka berani memutuskan. Mereka seketika langsung bersemangat, semua karena kekuatan cinta an kasih sayang. Dengan sendirinya, kini mereka siap mencoba mengadu nasib mengikuti berbagai kesempatan kuliah ataupun kerja. Sebagian langsung sibuk mengambil kesempatan mendaftar kuliah tanpa tes masuk. Sebagian lagi tercerahkan pikirannya dan mulai menyusun strategi masa depan. Apapun pilihan mu, selalu laksanakan dengan penuh bertanggungjawab. Terselip pesan menutup senja yang mulai memerah.

Langkah Awal dan Akhir

Tanpa terasa acara terus berlangsung meriah. Hingga sampai pada sambutan oleh Wakil kepala sekolah bagian kurikulum. Ada kata yang seperti menjawab berbagai kekhawatiran ku kala itu, jangan terlalu cepat menilai hasil, karena kita tidak pernah benar-benar tahu apa dan siapa mereka nantinya. Di dunia ini tugas kita hanya berusaha, tuhan yang menentukan dan orang lain yang berkomentar.

Jangan terlalu cepat menilai hasil, karena kita tidak pernah benar-benar tahu apa dan siapa mereka nantinya, mereka titipan zaman, yang singgah sementara di persimpangan yang sama.

Kata sambutan diiringi dengan pengumuman nilai Ujian Nasional terbaik. Sayup ku dengar ditengah kebisingan suara, nama salah satu D’frenscor disebut diurutan ke tiga. Lalu diikuti keriuhan mereka penuh kebahagiaan. Belum berhenti tepuk tangan mereka, terbaik kedua juga diisi D’frenscor. Semakin meriah tepuk tangan dari kami semua. Dan tak pernah disangka, terbaik pertama juga dibawa oleh D’frenscor. Sujud syukur dipersembahkan pada sang penulis Skenario terindah Alam ini. Masya Allah, tak terasa bulir-bulir bening yang sudah lama dibendung jatuh tak tertahan. Mereka yang tak pernah diperhitungkan dulu, mereka yang selalu menjadi bahan perbincangan, mereka yang tak diakui di jurusannya, malah menjadi terbaik di akhir episode ini.

Subhanallah, masya Allah, Allahu akbar… Kerja keras memang selalu berbuah manis. Kekompakan mereka telah membuahkan hasil. Tak sia-sia kerja keras mereka belajar bersama, patungan bayar bimbel online, bahu membahu menyelesaikan tugas sampai larut malam di sekolah. Bersama sama menyiapkan setiap kebutuhan ujian praktik penuh kebersamaan. Ini lah jawaban doa kalian semua. Doa tulus penuh cinta untuk setiap kebersamaan kita.

Tak terdefinisi kan betapa rasa bahagia bercampur haru melihat ekspresi wajah polos mereka dalam kebersamaan. Ibarat satu tubuh, saat satu berhasil maka semua bagian merasakan pancaran kebahagiaan nya. Kebahagiaan ini melengkapi kebahagiaan sebelumnya, dimana ada dua siswa yang berhasil lulus SBMPTN. Salah satunya adalah saudara kami, D’frenscor. Sungguh anugerah terindah yang mereka hadiahkan pada saya di ujung perjuangan masa abu-abu. Mereka telah memperjelas warna abu-abu menjadi bernuansa indah. Tak selama nya akan kelabu, goresan karya mu telah dinanti dunia, untuk mewarnai kisah demi kisah takdir berkelana.

Tak pernah terbersit sedikitpun di hati kami untuk berada di podium kemenangan seperti sekarang. Memborong barisan peraih nilai terbaik, mungkin tak berlebihan bagi orang lain, namun sebuah kehormatan bagi kami yang tak diperhitungkan ini. Podium sederhana mungkin bagi banyak mata, namun ini adalah awal kembali nya kepercayaan diri kami menatap dunia. Semua adalah pemenang dalam perjalanan takdir nya masing-masing. Dan mereka akan melanjutkan perjalanan, memenangkan tantangan-tantangan selanjutnya. Selamat melangkah, berjalan dengan leluasa dalam koridor agama.  Kalian memang luar biasa. Hebat, mampu mengalahkan diri sendiri dan berjuang dengan jujur tanpa dendam. Yakin, proses tak pernah mengkhianati hasil. Pastikan proses kebaikan yang selalu kita jalankan.

Tuhan akan menyertai setiap langkah kaki pencari ilmu. Sandarkan harap hanya padaNya.

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.