Kita hanya bisa terpana dengan skenario Allah. Laut berpindah dalam sekejap mata. Nyawa berpulang dengan leluasa. Ratusan jiwa terluka ringan dan parah. Rumah dan halaman tak lagi ceria. Hiruk pikuk mencari selamat jiwa tanpa melirik harta yang dipunya. Geliat si anak Krakatau membuat panik semua warga. Alunan musik berubah seketika oleh deburan ombak menghancurkan semua yang menghalanginya. Bukan karena alam murka. Ingatlah apa yang telah kita lakukan padanya!

Gambar terkait

Instrospeksi diri lebih utama daripada menangisi keadaan. Bencana yang terjadi bukan untuk diratapi. Jadikan pembelajaran agar diri lebih baik lagi. Terus belajar dan belajar lagi. Tak perlu saling menyalahkan, tak bijak saling melimpahkan tanggung jawab. Mari bersama kita jabarkan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Saudara tak harus mengenal tali darah. Tak sebatas soal akidah, tapi juga akhlak mulia. Hidup ini hanya Senda gurau sementara. Hidupkan hati dalam menjalaninya.

Yakinkan Allah mencintai kita semua. Maha menjaga agar kita tak larut pada cinta yang fana. Sekejap mata semua tak bermakna. Popularitas, harta benda, bahkan nyawa tak bisa kita jaga. Hanya penjagaanNya yang maha paripurna. Berlindung pada aturan main yang telah diciptakanNya sebelum kita ada. Semoga kesabaran dan keikhlasan bersama saudara kita yang terdampak bencana Tsunami Banten dan Lampung. Mari kita tegar bersama, bahu membahu bangkit dari bencana ini. Sambil terus memperbaiki diri dan membersihkan hati. Sebagaimana Air laut membersihkan daerah sekitar pantai malam itu.

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.