Tak satu kejadian di muka bumi ini tanpa seizin pemilik bumi. Jika memang terjadi, artinya sudah atas izin Nya. Tugas manusia hanya menjalani dengan ikhlas. Berprasangka baik selalu pada pemilik bumi dan seisinya. Meski hati teriris, tetaplah berprasangka baik. Mencoba menyibak hikmah dari setiap perjalanan yang terbentang.

Selat Sunda memang berjuta cerita. Tersusun rapi dalam memori indah terdalam. Kali ini waktu berjalan sangat lambat, detik demi detik seperti mentertawakan ku. Jiwa ku terpojok di sudut sang waktu yang terus berlalu. Sambil menyeringai tajam ke arah jiwa kerdil ku. Berat kaki melangkah, tapi harus tetap ku seret langkah ini menyeberangi selat Sunda. Dua belahan jiwa menanti ku datang menjemput mereka pulang. Rindu membuncah sedemikian hebatnya. Sebulan sudah mereka menghabiskan liburan bersama Abah kesayangan di kampung halaman. Kini waktunya kembali ke rutinitas, sampai nanti sang waktu berhenti berdetak.

Sekeping hati yang lain tertinggal di seberang sana. Virus-virus lokal yang tak bermutu mengalahkan imunitas tubuh nya. Proses pemulihan menyita sang waktu untuk berjalan melambat. Ingin rasanya punya sayap dan terbang seketika…agar selat sunda tak membentang begitu jauh. Agar sang waktu tak mentertawakan pilu ku.

Selat Sunda berjuta kisah…

Kali ini aku kembali mengarungi selat Mu dalam kegamangan hati. Pilihan memang berat, tapi harus tetap memilih. Hati memang harus menentukan langkah. Hampir sepuluh tahun selat Mu selalu menghadirkan berbagai cerita. Suka, duka, canda, tawa…semua dalam pilihan hati.

Ketika kisah berjalan sesuai izin Nya, maka tak ada satu pun yang bisa mengubah alurnya. Termasuk diri sendiri yang tak punya kuasa atas diri. Hanya menjalani dalam limpahan syukur tak hingga. Apapun itu kisahnya, pasti yang terindah yang Allah beri.

Salam hangat untuk kalian semua yang teramat terkasih

Mari diskusi

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.